Thursday 3 December 2015

pelantikan DPD BKPRMI Kota Tasikmalaya

 



Kota Tasikmalaya (humas-kota) Walikota Tasikmalaya Drs. H. Budi Budiman menghadiri pelantikan Dewan Pengurus Daerah BKPRMI Kota Tasikmalaya, Jum'at 16 Januari 2015 bertempat di Aula Bale Kota Tasikmalaya.

emis (education management information system)

Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah Dan Forum Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten Kota Tingkat Provinsi Jawabarat, Bandung,desember 2015 kantor wilayah kementrian agama provinsi jawabarat mengadakan pelatihan Penguatan jaringan kerja sistem informasi pada pendidikan diniyah dan pondok pesantren Yang bertempat di hotel promenade, cihampelas 3-6 desember 2015. Acara ini dilaksanakan dengan sebuah tujuan agar para guru bisa memahami sistem yang diberikan oleh kementrian agama. EMIS adalah singkatan dari Education Management Information System.Subbagian Sistem Informasi pada Bagian Perencanaan dan Sistem Informasi Setditjen Pendidikan Islam bermula dari yang selama ini dikembangkan dengan sebutan EMIS pada proyek JSEP dan dilanjutkan pada BEP. Awalnya hanya ditujukan pada pendataan madrasah yang berada pada wilayah kerja proyek JSEP dan BEP Akan tetapi, menyadari bahwa kekurangan yang selama ini terdapat di Setditjen Binbaga Islam (Setditjen Pendidikan Islam sekarang) atas ketersedian Data dan Informasi yang Akurat dan Mutakhir, sehingga EMIS yang semula hanya ditujukan sebagai penunjang program-program proyek JSEP dan BEP, akhirnya diperluas menjadi pendataan untuk seluruh Madrasah di Indonesia, bahkan diteruskan untuk Pondok Pesantren, Perguruan Tinggi Agama Islam , dan masih akan terus dilanjutkan pada lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti Madrasah Diniyah, Bustanul Adfal/Raudhatul Adfal, TKA/TPA, serta lembaga-lembaga lainnya. Nama atau sebutan EMIS berasal dari salah satu komponen proyek Pinjaman Luar Negeri - JSEP, kemudian BEP dan selanjutnya agar ada kesinambungan, sejak tahun anggaran 2001 EMIS berada dibawah Bagian Proyek "Pengembangan EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar" didanai oleh APBN. Pada awalnya EMIS hanya mendata Madrasah Tsanawiyah Model yang menjadi sasaran JSEP (1997-1998). Pada proyek BEP pendataan dilanjutkan untuk Madrasah Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah Negeri dan Swasta diseluruh Indonesia (1998- April 2002), sedangkan Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren menjadi bagian yang tidak dapat dielakan, sebagai akibat samping dari kegiatan EMIS dalam mendata lembaga pendidikan Islam, disamping data dan informasi tentang lembaga-lembaga tersebut memang sangat dibutuhkan. Bahkan terus berkembang hingga pendataan Perguruan Tinggi Agama Islam, Guru Agama Islam pada sekolah umum, lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya, serta lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal, TPA/TKA. Beberapa jenis lembaga yang terakhir disebutkan masih dalam taraf proses dan rencana pengembangan pada tahun-tahun mendatang.Dalam perjalanannya, perkembangan EMIS lebih ditentukan oleh kebutuhan data dan informasi tentang lembaga-lembaga pendidikan Islam dan lembaga-lembaga lainnya dibawah Ditjen Pendidikan Islam, yakni dorongan kebutuhan untuk presentasi di DPR-RI , Bappenas, Departemen Keuangan, dan lembaga pemerintah lainnya yang berkaitan dan berkepentingan untuk pembangunan dan pengembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia, terutama untuk memberikan gambaran lebih jelas, tepat dan akurat serta dapat meyakinkan anggota DPR, Bappenas dan Kementerian serta lembaga-lembaga Pemerintah lainnya agar dapat membantu dan mengupayakan pengembangan dan pembangunan lembaga-lembaga pendidikan Islam, hingga dapat benar-benar sejajar dengan pendidikan umum, yang lebih dulu mendapat dukungan dari pemerintah.Sejak Februari 2002 EMIS resmi menjadi "Bagian Data dan Informasi Pedidikan", oleh karena itu kegiatan Pendataan, Pengolahan, Pelaporan, Pelayanan dan Sosialisasi Data serta Informasi Pendidikan menjadi tanggung jawab Bagian tersebut. Dengan terbentuknya kelembagaan tersebut, penting artinya agar selalu dapat memenuhi seluruh kebutuhan data dan informasi bagi pembangunan dan pengembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Namun demikian, terdapat kendala lain yang berkaitan dengan perubahan struktur di lingkungan Kementerian Agama, unit Data dan Informasi Pendidikan belum terakomodasi pada seluruh Propinsi di Indonesia, apalagi Kota/Kabupaten. Hanya pada beberapa propinsi struktur tersebut sudah diterapkan sama dengan struktur organisasi Kementerian Agama Pusat

Meningkatkan Mutu Pendidikan


UPAYA KEPALA SEKOLAH MENINGKATKAN MUTU PENDIDIK
(Oleh : Heryanto Rusdiansyah : Ketua Umum DPD BKPRMI Kota Tasikmalaya,)
Di BKPRMI Kota Tasikmalaya tercatat sebanyak 512 unit TKA/TPA dan 200 unit lebih lembaga TAAM yang merupakan kategori kelompok Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sejenis sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. TKA/TPA dan TAAM merupakan anak kandung dari Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI) yang secara organisatoris merupakan lembaga Independen, adapun irisan dengan Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional adalah sebagai mitra kerja dalam hal pengelolaan, peningkatan kesejahteraan dan pembinaan. Memang sangat cukup luar biasa fantastis jumlah TKA/TPA dan TAAM yang mayoritas disetiap daerah Se-Indonesia mendominasi jumlahnya dibanding dengan jumlah lembaga pendidikan anak usia dini yang sederajat lainnya, hal ini tidak terlepas dari bentuk kesadaran keterpanggilan hati nurani para ulama, kyai, ustadz dan tokoh masyarakat untuk melakukan syiar Islam lewat mencetak dan mendidik anak-anak muslim sejak dini agar kelak dapat menjadi anak yang berilmu, berakhlak dan beramal saleh sehingga bagi berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Kota Tasikmalaya merupakan lumbungnya pesantren sehingga hal inilah yang menjadi penggerak terhadap tumbuh suburnya lembaga pendidikan Islam terutama taman kanak-kanak Al-qur’an dan TAAM. TKA/TPA dan TAAM merupakan milik masyarakat karena lahir dari sebuah keprihatinan dari tokoh agama Islam untuk mendambakan ramainya masjid-masjid dan madrasah oleh anak-anak dengan alunan Al-qur’an, Dzikir, Tasbih dan Takbir yang senantiasa menghiasi aktivitas anak-anak, pemuda dan remaja masjid setiap harinya.
Berangkat dari kesadaran dan cita-cita untuk menggembleng anak agar cakap dalam membaca Al-qur’an, Taman Kanak-kanak Al-qur’an dan TAAM tentunya dari waktu ke waktu harus senantiasa mampu mengembangkan diri seiring dengan tantangan dan kebutuhan zaman yang semakin kompleks. Filosofi “ nu ngajar di TKA/TPA dan TAAM nu penting aya kadaek jeung sahayuna“ harus dibuang jauh-jauh kalau ingin sebuah lembaga pendidikan Al-qur’an betul-betul menjadi idola dan tumpuan bagi masyarakat. Mengedepankan kualitas TKA/TPA dan TAAM merupakan harga mati yang tidak bisa di tawar-tawar lagi kalau ingin sebuah lembaga pendidikan itu sendiri tetap maju.
Maju mundurnya TKA/TPA dan TAAM tergantung dari tingkat kerja keras dan kemampuan para penyelenggara pendidikan itu sendiri, dalam kesempatan ini saya akan sedikit menguraikan tentang Peningkatan Mutu Pendidik dilingkungan TKA/TPA dan TAAM sebagai sebuah otokritik bagi saya sendiri yang merupakan civitas BKPRMI, dan sebagai evaluasi di internal TKA/TPA dan TAAM.
Tidak dipungkiri di dalam penyelenggaraan pendidikan tidaklah statis tetapi dinamis, artinya dari waktu kewaktu selalu berbenah dan berbenah untuk meningkatkan kualitas lulusan-seolah tidak ada pangkal ujungnya kepuasan dalam menjalankan pendidikan, hal ini menandakan bahwa semangat penyelenggara pendidikan untuk menuju TKA/TPA dan TAAM yang Ideal sangat luar biasa, ini merupakan modal dasar dan pertanda baik.
Berbagai persoalan yang muncul dilingkungan TKA/TPA dan TAAM diantaranya : (1). Mayoritas Ustadz-Ustadzah adalah Lulusan Pesantren dan Aliyah bahkan ada dari lulusan Madrasah Tsanawiyah, (2). Pengadministrasian lembaga pendidikan sangat lemah baik yang berhubungan dengan Tata Usaha maupun Administrasi Pendidik, (3) Jumlah santri tidak sebanding dengan jumlah guru yang ada, dimana idealnya 4-6 peserta didik dipegang oleh satu pendidik, (4) Kualitas para pengajar terutama dalam kefasihan dalam membaca Al-qur’an (tahsinul Qur’an) sangatlah minim (5) Metode mengajar yang kaku, (6). Tingkat Kesejahteraan Pendidik yang tidak terjamin, (7) Pendidik terlalu mudah meluluskan peserta didik dalam pencapaian Iqro, hafalan ataupun yang lainnya karena alasan kasihan, bosan diulang-ulang, ataupun alasan lainnya. Hanya dengan komunikasi dengan anak didik dan orang tua sebagai upaya untuk mencari jalan keluarnya agar anak tetap semangat untuk meraih prestasi.
Penganaktirian terhadap TKA/TPA dan TAAM tidaklah menjadi kecil hati, justeru harus menjadi sebuah pemicu untuk berintrospeksi diri terhadap lembaga pendidikan kita sendiri agar mampu bangkit dari “apa adanya “ menuju “ kepuasan orangtua dan masyarakat “ atas pelayanan pendidikan TKA/TPA dan TAAM yang maksimal.
Tawaran Alternatif
Melihat dari hal tersebut diatas, memang kita semua menginginkan sebuah lembaga pendidikan Al-qur’an yang terpenuhinya sarana prasana, kualitas guru yang baik, kesejahteraan yang terjamin dan banyak hal yang kita harapkan. Kalau semua keinginan tersebut ingin terwujud tentunya mulai sekarang harus mulai berbenah diri. Kalau boleh saya katakan bahwa “ Kesejahteraan dan Sarana Prasarana akan tercapai hanya ada satu kata : “ Tingkatkan Kualitas Tenaga Pendidik “. kenyataannya adalah pada zaman sekarang tingkat persaingan bukan hanya di bisnis saja tetap di pendidikan juga sangat kuat, masyarakat dan orang tua tentunya akan memilih lembaga pendidikan yang betul-betul dapat menghantarkan anaknya menjadi anaknya ideal dalam masa pertumbuhannya,masyarakat dan orang tua berani mengeluarkan biaya berapa pun.
Kepala sekolah menjadi ujung tombak dalam memotori kearah terciptanya “tenaga pendidik yang handal-berkualitas”, maka kepala sekolah dalam menahkodai sebuah lembaga pendidikan “janganlah setengah hat,i baik dalam mencurahkan fikiran, tenaga, waktu bahkan materi “ demi tercapainya pendidik yang berkualitas-kecuali lembaga pendidikan yang kita kelola ingin berjalan apa adanya bahkan terkatung-katung, siap-siap saja lembaga pendidikan kita untuk ditinggalkan masyarakat. Insya alloh dengan keseriusan, ketekunan dan kesabaran kita dalam mengelola lembaga pendidikan untuk menuju yang ideal akan tercapai.
Kepala sekolah setidaknya harus mempunyai langkah-langkah untuk tetap mencita-citakan TKA/TPA dan TAAM yang ideal di hadapan masyarakat – setidaknya kepala sekolah harus manfaatkan dan berdayakan yang ada. Penulis ingin berbagi mudah-mudahan sebagai bahan inspirasi, diantaranya sebagai berikut :
(1). Melakukan pembinaan rutin (seminggu sekali maksimal sebulan sekali) terhadap para pendidik untuk mengetahui masalah-masalah yang muncul dan upaya penyelesaiannya, mengetahui perkembangan peserta didik, memberikan pendalaman materi bagi pendidik serta mempersiapkan rencana lanjutan.
(2). Memberikan Reward (penghargaan) kepada guru yang betul-betul dapat meraih sebuah prestasi, baik dengan ucapan selamat, piagam penghargaan, maupun bentuk lain. Hal ini penting sebagai motivasi terhadap pendidik untuk senantiasa meningkatkan kualitas dirinya.
(3). Memperhatikan kebutuhan-kesejahteraan para pendidik, baik berupa perhatian dalam bentuk materi maupun kedekatan emosional.
(4). Mengikutsertakan pendidik ke kegiatan seminar, workshop, bedah buku, studi banding, ataupun kegiatan lainnya yang menunjang terhadap peningkatan kemampuan peserta didik.
(5). Mendorong pendidik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
(6). Untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan para pendidik, sewaktu-waktu kepala sekolah mengadakan liburan bersama dengan keluarga pendidik sebagai ajang silaturahmi dan membangun kedekatan dengan keluarga pendidik.
(7). Melakukan motivasi kepada pendidik dengan menciptakan mental berani, sabar, jujur, berpandangan hidup kedepan, kemandirian, jiwa entrepreneur-wirausaha dan lain sebagainya.
Demikian, setidaknya sebagai bahan masukan bagi tercapainya sebuah lembaga pendidikan TKA/TPA-TAAM yang betul-betul memiliki tenaga pendidik yang berkualitas.
Wallahu’alam Bissawaf



Pendidikan Karakter

1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


Optimalisai Pendidikan





Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berharap optimalisasi Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui kegiatan ektrakurikuler yang sesuai kebutuhan dan potensi siswa dapat mengatasi berbagai penyimpangan perilaku siswa yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat.
“Secara bertahap, optimalisasi PAI dapat mengatasi kelemahan sebagian siswa yang selama ini sering dikeluhkan masyarakat antara lain rendahnya kejujuran, rendahnya toleransi dan kasih sayang, rendahnya kemampuan baca tulis Al-Qur'an, serta adanya penyimpangan perilaku seperti narkoba, minuman keras, tawuran dan seks bebas,” katanya.
Menteri Agama menyampaikan hal itu saat membuka Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) tingkat Nasional VII Tahun 2015 untuk siswa SD, SMP, SMA dan SMK. Kegiatan dipusatkan di Asrama Haji Bekasi Jawa Barat, Selasa (11/8).
UU Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan secara eksplisit menghendaki agar penyelenggaraan pendidikan nasional menekankan pengembangan potensi dan karakter peserta didik yang diselaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Menurut Menteri Agama, Pentas PAI merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler atau eskul yang bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap dan menambah pengalaman dalam pengamalan ajaran Islam mengingat jam pelajaran PAI di sekolah relatif terbatas.
Ekskul PAI  harus menjadi alternatif pengembangan pendidikan agama Islam di sekokah Peserta didik yang beragama Islam di seluruh Indonesia jumlahnya sekitar 47 juta siswa yg merupakan potenai strategis bg kelangsungan hidup bagsa. Kemenag bertekad memberikan pembinaan maksimal kepada siswa sekolah untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, budi pekerti, dan akhlak mulia agar kelak menjadi orang bermanfaat “Pentas PAI dapat menjadi media dakwah dan wahana kompetisi  yang dapat menanamkan sikap sportifitas dan saling menghargai hak antar sesama pelajar.
Pentas PAI juga dirancang dalam rangka memberikan kesempatan para siswa untuk mengekpresikan diri dan menumbuhkan bakat dan keberanian, rasa cinta dan bangga kepada Islam dan mempererat ukhuwah Islamiyah,” katanya.
Dalam kesempatan itu ia mengimbau seluruh peserta mampu bersikap sportif dalam mengikuti lomba. Pentas PAI menjadi wahana aktualisasi dan ekspresi kemampuan dan bakat dengan tetap menjunjung tinggi nilai persahabatan.
"Utamakan ukhuwah islamiyah dan wathaniyah. Memang tentu menjadi harapan sebagai wujud sebuah prestasi. Tapi prestasi sesungguhnya yang sudah kalian raih adalah manakala sportifitas mampu kalian wujudkan. Dengannya, akhlak kalian akan semakin baik dan memberi faidah besar dalam kehidupan masyarakat,” pungkasnya. (A. Khoirul Anam)