Kepemimpinan dalam Islam Menurut Al Quran dan Hadist
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan
persoalan keseharian dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berusaha,
berbangsa dan bernegara. Kemajuan dan kemunduran masyarakat, organisasi, usaha,
bangsa dan megara antara lain dipengaruhi oleh para pemimpinnya. Oleh karena
itu sejumlah teori tentang pemimpin dan kepemimpinanpun bermunculan dan kian
berkembang.
Islam sebagai rahmat bagi seluruh
manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah
satu persoalan pokok dalam ajarannya.
Beberapa pedoman atau panduan telah
digariskan untuk melahirkan kepemimpinan yang diridai Allah SWT, yang membawa
kemaslahatan, menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Sejarah Islam telah membuktikan
pentingnya masalah kepemimpinan ini setelah wafatnya Baginda Rasul. Para
sahabat telah memberi penekanan dan keutamaan dalam melantik pengganti beliau
dalam memimpin umat Islam. Umat Islam tidak seharusnya dibiarkan tanpa
pemimpin. Sayyidina Umar R.A pernah berkata, “Tiada Islam tanpa jamaah, tiada
jamaah tanpa kepemimpinan dan tiada kepemimpinan tanpa taat”.
Pentingnya pemimpin dan kepemimpinan
ini perlu dipahami dan dihayati oleh setiap umat Islam di negeri yang mayoritas
warganya beragama Islam ini, meskipun Indonesia bukanlah negara Islam.
Allah SWT telah memberi tahu kepada
manusia, tentang pentingnya kepemimpinan dalam islam, sebagaimana dalam
Al-Quran kita menemukan banyak ayat yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al
Baqarah: 30)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa khalifah
(pemimpin) adalah pemegang mandat Allah SWT untuk mengemban amanah dan
kepemimpinana langit di muka bumi. Ingat komunitas malaikat pernah memprotes
terhadap kekhalifahan manusia dimuka bumi.
”Hai orang-orang yang beriman,
ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa: 59)
Ayat ini menunjukan ketaatan kepada
ulil amri (pemimpin) harus dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT dan rasulnya.
Tugas Pemimpin
Pada prinsipnya menurut Islam setiap
orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi
sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan
beribadah kepada-Nya
"Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah
Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah".
(Al-Anbiya’: 73)
"Dan Kami jadikan di antara mereka
itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami". (As-Sajdah: 24)
“Wahai orang-orang yang beriman,
jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau bapak ibu dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya
atau miskin, Allah lebih mengetahui kemaslahatan keduanya”. (Qs. An-Nisa; 4:
135)
“Hai orang-orang yang beriman!
Tegakkanlah keadilan sebagai saksi karena Allah. Dan janganlah rasa benci
mendorong kamu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat
dengan taqwa…” (Q.s. Al-Maidah 5: 8)
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat". (An-Nisa’ :
58)
” Hai Daud, sesungguhnya Kami
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya
orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Qs Shad: 26)
Dalam sebuah kesempatan, ketika seorang
perempuan dari suku Makhzun dipotong tangannya lantaran mencuri, kemudian
keluarga perempuan itu meminta Usama bin Zaid supaya memohon kepada Rasulullah
untuk membebaskannya, Rasulullah pun marah. Beliau bahkan mengingatkan bahwa,
kehancuran masyarakat sebelum kita disebabkan oleh ketidakadilan dalam
supremasi hukum seperti itu.
Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah
saw. bersabda: adakah patut engkau memintakan kebebasan dari satu hukuman dari
beberapa hukuman (yang diwajibkan) oleh Allah? Kemudian ia berdiri lalu
berkhutbah, dan berkata: ‘Hai para manusia! Sesungguhnya orang-orang sebelum
kamu itu rusak/binasa dikarenakan apabila orang-orang yang mulia diantara
mereka mencuri, mereka bebaskan. Tetapi, apabila orang yang lemah mencuri,
mereka berikan kepadanya hukum’. (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu
Daud, Ahmad, Dariini, dan Ibnu Majah)
Memilih Pemimpin
Pemimpin negara adalah faktor penting
dalam kehidupan bernegara. Jika pemimpin negara itu jujur, baik, cerdas dan
amanah, niscaya rakyatnya akan makmur. Sebaliknya jika pemimpinnya tidak jujur,
korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara.
Oleh karena itulah Islam memberikan
pedoman dalam memilih pemimpin yang baik. Dalam Al Qur’an, Allah SWT
memerintahkan ummat Islam untuk memilih pemimpin yang baik dan beriman:
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang
kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih
sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang
kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada
Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan
secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih
sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu
nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya
dia telah TERSESAT dari jalan yang lurus.”(QS. 60. Al-Mumtahanah : 1)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah
kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu,
jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara
kamu menjadikan mereka menjadi pemimpin, maka mereka itulah orang2 yang zalim”
(At Taubah:23)
“Hai orang2 yang beriman! Janganlah
kamu mengambil orang2 kafir menjadi wali (teman atau pelindung)” (An Nisaa:144)
“Janganlah orang2 mukmin mengambil
orang2 kafir jadi pemimpin, bukan orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian,
bukanlah dia dari (agama) Allah sedikitpun…” (Ali Imran:28)
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi
buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi
Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman".
(Al-Maidah: 57)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimmpin(mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang
lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim ” (QS. Al-Maidah: 51)
Akibat
"Dan mereka berkata: “Ya Tuhan
kami, sesungguhnya kami telah menta’ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar
kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)". (al-Ahzab:
67)
“Hai orang-orang yang beriman, jika
kamu MENTAATI orang-orang yang KAFIR itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke
belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi. Tetapi
(ikutilah Allah), Allah lah Pelindungmu, dan Dialah sebaik-baik
Penolong.”(QS.Ali ‘Imraan :149-150)
“Kabarkanlah kepada orang-orang MUNAFIQ
bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang
mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu ?
Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.”(QS. An-Nisaa’ : 138-139)
“Kamu melihat kebanyakan dari mereka
tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah
kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman
kepada Allah, kepada Nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi),
niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi
penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
FASIQ.”(QS.Al-Maa-idah : 80-81)
0 komentar:
Post a Comment